kampoengdolanan.or.id, terbiasa untuk melakukan roadshow di berbagai daerah adalah hal yang sering dilakukan oleh kampoeng dolanan. Efek pandemi pun kampoeng dolanan masih tetap aktif untuk mengenalkan dan melestarikan permainan tradisional. Namun dengan berbagai strategi yang dilakukan agar tidak menjadi cluster baru untuk wabah covid. Protokol kesehatan tetap diperhatikan, zona hijau juga diperhitungkan untuk menjadi tempat roadshow.
Pandemi memang cukup berdampak kepada semua aspek. Termasuk dalam dunia kerelawanan yang membuat saya memutuskan untuk meliburkan relawan dari aktivitas kampoeng dolanan agar mereka fokus pada diri dan keluarga. Sehingga sudah konsekuensi jika harus seorang diri untuk menjalankan roda aktivitas komunitas kampoeng dolanan. Mulai dari anak-anak hingga dewasa berupa pedagang mainan tetap jadi sasaran saat pandemi.
Kampoeng dolanan membuat program untuk membeli mainan dari pedagang konvensional agar dibagikan kepada anak-anak hingga mendapatkan dua manfaat yakni pedagangnya laris anak-anak bahagia karena mendapatkan mainan. Sebanyak 1.150 pcs mainan telah terbeli dan harus tersalurkan kepada anak-anak. Di Jawa Timur telah dibagikan kepada Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Pasuruan. Kemudian perlu disalurkan lagi ke daerah-daerah yang lain. Akhirnya melakukan aksi untuk roadshow lintas provinsi dari Surabaya menuju Jogjakarta.
Roadshow lintas provinsi ini keliling ke 3 provinsi 7 kab/kota dan 15 lokasi. Perjalanan ini dilakukan dengan menggunakan motor yang pada tahun 2018 pernah dipakai ke Surabaya – Banyuwangi – Bali – Surabaya. Di tahun 2020 ini motor tersebut dipakai untuk melintasi 3 provinsi. Perjalanan dimulai dari Surabaya dengan tujuan pertama yakni Nganjuk untuk aktivitas bagi-bagi mainan. Dari Nganjuk diajak ke Pantai Karang Gongso Trenggalek. Disini menggali kearifan lokal dengan bertanya-tanya pada masyarakat lokal tentang permainan tradisional yang ada disana.
Dari Trenggalek kemudian kembali lagi ke Nganjuk untuk menginap. Besok paginya harus melanjutkan perjalanan menuju Kota Ngawi, bertemu dengan pegiat literasi disana dan kami tetap mengenalkan permainan tradisional sebagai sarana edukasi literasi yang menyenangkan untuk anak-anak. Ngawi adalah daerah perbatasan Jawa timur Jawa Tengah. Perjalanan selanjutnya adalah ke Solo, hadir di Sanggar Matahari Jawa dengan bertemu Mas Konde, seorang pendiri wayang sampah. Memanfaatkan sampah untuk menjadi sebuah karya. Karyanya sudah diakui internasional juga. Pun sama, ketika berada disini juga tetap mengenalkan permainan tradisional.
Obrolan kami usai, saya melanjutkan perjalanan menuju Jogja. Kota tujuan yang menjadi jujugan roadshow lintas provinsi. Ketika berada di Jogja langsung menghampiri Alun-alun kidul, sebuah tempat aktivitas dari Raja Egrang. Setiap hari di setiap sore sampai malam selalu mengenalkan egrang bambu, egrang tali bambu, gasing, yapolo dan dakon. Setiap hari di alkid selalu ramai walaupun di masa pandemi. Saat di Jogja bertemu dengan relawan kampoeng dolanan Batch 1 dan Batch 2. Di Jogja juga bertemu dengan rekan-rekan pegiat permainan tradisional yang menjadi juri Pekan Kebudayaan Nasional di Sleman yang diorganisir oleh teman-teman Komite Permainan Rakyat dan Olahraga Tradisional Indonesia (KPOTI) Pusat.
Tak terasa perjalanan di jogja telah usai, waktunya untuk pulang ke Surabaya namun dalam perjalanan juga menghampiri jejaring kampoeng dolanan yang ada di sepanjang perjalanan. Perjalanan pulang dimulai dari Basecamp Raja Egrang dengan membawa Egrang Bambu, Yapolo dan Gasing. Jujugan pertama dalam perjalanan pulang adalah di Klaten. Bertemu dengan Cak Yudha yang merupakan anggota The Luntas Surabaya, komunitas ludruk Surabaya yang terus bergeliat walaupun di era pandemi.
Lanjut ke Solo, kali ini pertemuannya dengan sosok Presiden Suporter, Beliau bernama Mayor Haristanto. Presiden Pasoepati dan Presiden Republik Aeng-Aeng. Sosok pecinta damai hingga bersepakat dengan bonek untuk mempersembahkan pohon cinta damai sebagai wujud perdamaian. Selain itu juga Pasoepati saat launching persis solo juga menggunakan othok-othok yang merupakan permainan tradisional. Permainan itu sebanyak 4.000 pcs. Waoow, sangat banyak sekali. Tak hanya itu saja, Pak Mayor juga banyak mendapatkan rekor MURI, per tahun 2020 ini mendapatkan 31 rekor MURI hingga Jaya Suprana pun menghadiahi rekor MURI untuk seorang Mayor karena saking banyaknya mendapatkan rekor MURI.
Dari Solo terus melanjutkan perjalanan menuju Kabupaten Ngawi untuk hadir di basecamp Energi Gembira Anak Negeri (Egrang). Sebuah tempat yang asyik, dekat dengan waduk yang cukup luas dengan perjalanan naik turun bukit. Sinyal internet pun tidak ada disini sehingga ketika tinggal disini akan merasakan quality time yang begitu mendalam bersama kerabat yang hadir disini. Setelah di Ngawi, perjalanan dilanjutkan lagi untuk segera sampai ke Surabaya karena besoknya masih ada aktivitas roadshow di beberapa tempat.
Tiba di hari ketujuh dalam roadshow lintas provinsi yang ditutup dengan roadshow di Surabaya dengan 4 aktivitas yakni roadshow mengenalkan permainan tradisional di kawasan Kupang Gunung Timur, roadshow di Kawasan Darmo Harapan III, mencari pedagang di kawasan manukan dan ditutup dengan bermain di basecamp Komunitas Lare Magetan (KALEM AE). Syukur alhamdulillah, perjalanan ini telah selesai selama 7 hari di 15 lokasi. Menyenangkan bisa membawa misi permainan tradisional di berbagai daerah dan provinsi. (sam/kd)