Sejenak berfikir tentang kampoeng dolanan dengan usianya yang masih belia, baru 2 tahun 5 bulan. Usianya masih belia namun aktivitasnya sudah banyak, relawan yang bergabung juga banyak. Akan sangat disayangkan bila aktivitas-aktivitas tersebut tidak tertulis agar menjadi sebuah catatan inspirasi untuk diceritakan. Tulisan demi tulisan dikumpulkan yang ternyata dapat dijadikan sebagai sebuah buku.
Buku ini berisi tentang latar belakang kampoeng dolanan didirikan dengan permasalahan attitude, menempatkan basecamp di tanah PT. Kereta Api Indonesia dengan harapan agar bisa menjadi role model atau inspirasi untuk pengembangan sinergi antara masyarakat arus bawah dengan pemangku kebijakan atau para perusahaan-perusahaan yang mempunyai tanah luas dan ditempati oleh masyarakat.
Bagaimana kampoeng dolanan mempunyai Three Seconds Concept (TSC) dan seperti apakah TSC itu juga dijelaskan disini, inti sederhana dari TSC adalah detik pertama menerima permasalahan, detik kedua berfikir untuk mencari solusi dan detik ketiga adalah menjalankan solusi tersebut.
Dalam buku ini juga menjelaskan bagaimana cara mewujudkan ekosistem pendidikan bermasyarakat dengan keterlibatan semua orang bisa menjadi guru tanpa terkecuali mereka yang tidak menempuh akademik. Tukang tambal ban, tukang sapu pinggir jalan, tukang kebun sekolah bisa menjadi guru bagi kita semua karena pada dasarnya Semua orang adalah guru, setiap waktu adalah belajar dan alam raya adalah sekolahnya.
Isi dari buku ini juga tentang pengalaman-pengalaman relawan kampoeng dolanan selama bergabung dengan kampoeng dolanan, ada yang awal merasa aneh dan tidak cocok namun malah menjadi nyaman. Ada yang menceritakan tentang pengalamannya bergabung di kampoeng dolanan, padahal semula dinyatakan tidak lolos namun karena kegigihannya ternyata bisa diterima juga dan bergabung hingga sekarang. Plus, pengalaman-pengalaman relawan lainnya yang gak kalah menarik.
Selain cerita-cerita tersebut, di buku ini juga menceritakan tentang dolanan dan tembang dolanan. Ada 51 macam yang bisa dibaca mulai dari permainan yang sering di lihat hingga mungkin butuh berfikir ulang untuk mengingatnya kembali.
Misalnya, ada yang namanya mariam-mariam, ada pula yang namanya desekan kantoran (permainan dari gresik). Pada beberapa permainan tradisional juga disebutkan permainan berskala internasional atau ada di beberapa negara yang artinya pada zaman dulu setiap negara sudah terkoneksi tanpa melalui jaringan internet.
Semua tulisan tersebut dapat dibaca pada buku ini. Buku ini sengaja didedikasikan untuk Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara. Gagasan beliau tentang pendidikan sangatlah banyak, namun kami belum menerapkan seluruhnya. Dengan gagasan beliau yang kami terapkan di kampoeng dolanan, rasanya sangat layak untuk mendedikasikan buku ini kepada Raden Mas Soewardi Soerjaningrat.
Selamat Hari Pendidikan Nasional !